BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan pada saat ini tengah mengalami beberapa perubahan mendasar baik
sebagai sebuah profesi maupun sebagai pemberi pelayanan kepada masyarakat
dimana tuntutan masyarakat pada keperawatan agar berkontribusi secara
berkualitas semakin tinggi.
Sebagai sebuah profesi, keperawatan
dihadapkan pada situasi dimana karakteristik profesi harus dimiliki dan
dijalankan sesuai kaidahnya. Sebaliknya, sebagai pemberi pelayanan, keperawatan
juga dituntut untuk lebih meningkatkan kontribusinya dalam pelayanan kepada
masyarakat yang semakin terdidik, dan mengalami masalah kesehatan yang
bervariasi serta respon terhadap masalah kesehatan tersebut menjadi semakin
bervariasi pula.
Oleh karena itu, pada saat ini diperlukan
kepemimpinan yang mampu mengarahkan profesi keperawatan dalam menyesuaikan
dirinya ditengah-tengah perubahan dan pembaharuan sistem pelayanan kesehatan.
Kepemimpinan ini sekiranya yang fleksible, accessible, dan dirasakan
kehadirannya, serta bersifat kontemporer.
Mc. Gregor menyatakan bahwa setiap manusia merupakan kehidupan individu secara
keseluruhan yang selalu mengadakan interaksi dengan dunia individu lainnya. Apa
yang terjadi dengan orang tersebut merupakan akibat dari perilaku orang lain.
Sikap dan emosi dari orang lain mempengaruhi orang tersebut. Bawahan sangat
tergantung pada pimpinan dan berkeinginan untuk diperlakukan adil. Suatu
hubungan akan berhasil apabila dikehendaki oleh kedua belah pihak.
Untuk dapat melakukan hal tersebut di atas, baik atasan maupun bawahan perlu
memahami tentang pengelolaan kepemimpinan secara baik, yang pada akhirnya akan
terbentuk motivasi dan sikap kepemimpinan yang profesional.
B. Tujuan
- Sebagai salah satu acuan dalam memenuhi
penilaian penguasaan,khususnya pada mata kuliah Manajemen & Kepemimpinan
Dalam Keperawatan
C. Masalah
- Bagaimana
definisi kepemimpinan ?
- Bagaimana teori
kepemimpinan ?
- Bagaimana gaya
kepemimpinan ?
- Bagaimana kriteria
pemimpin dalam keperawatan yang efektif ?
- Bagaimana tugas
kemepimpinan dalam keperawatan ?
- Bagaimana
penerapan kepemimpinan dalam keperawatan ?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Definisi Kepemimpinan
Definisi kepemimpinan menurut Stogdill yaitu kepemimpinan sebagai suatu
proses yang mempengaruhi aktivitas kelompok terorganisasi dalam upaya menyusun
dan mencapai tujuan. Definisi kepemimpinan dari Strogdill dapat diterapkan
dalam keperawatan.
Gardner mendefinisikan kepemimpinan sebagai suatu proses persuasi dan memberi
contoh sehingga individu (atau pemimpin kelompok) membujuk kelompoknya untuk
mengambil tindakan yang sesuai dengan usulan pimpinan atau usulan bersama.
Merton menguraikan kepemimpinan sebagai suatu transaksi masyarakat dimana
seorang anggota mempengaruhi yang lainnya.
Menurut McGregor, akhirnya ada empat variabel besar yang diketahui sekarang
untuk memahami kepemimpinan: (1) karakteristik pimpinan; (2) sikap; (3) kebutuhan,
dan karakteristik lainnya dari bawahan; dan (4) keadaan sosial, ekonomi, dan
polotik lingkungan. McGregor mengatakan bahwa kepemimpinan merupakan hubungan
yang sangat kompleks yang selalu berubah dengan waktu seperti perubahan yang
terjadi pada manajemen, serikat kerja atau kekuatan dari luar.
Talbott mengatakan “kepemimpinan adalah bumbu yang sangat vital yang
mengubah sekelompok orang menjadi suatu organisai yang berfungsi dan berguna.
Kepemimpinan adalah suatu proses yang menopang suatu kegiatan atas inisiatif
seseorang. Bukan semata-mata hanya menunjukan arah dan membuarkan sesuatu
terjadi. Kepemimpinan adalah suatu konsep dari suatu tujuan dan metode untuk
mencapainya, suatu mobilisasi dari seluruh fasiltas yang diperlukan untuk mencapai
hasil, dari penyesuaian dan nilai-nilai terhadap faktor lingkungan pada akhir
dari tujuan yang dikehendaki nantinya.”
B. Teori Kepemimpinan
Dalam mengembangkan model kepemimpinan terdapat beberapa teori yang mendasari
terbentuknya gaya kepemimpinan. Menurut Whitaker (1996), ada empat macam
pendekatan kepemimpinan yaitu:
1) Teori
Bakat
Teori bakat
terdiri dari bakat intelegensi dan kepribadian.
Kemampuan ini
merupakan bawaan sejak lahir yang mempunyai pengaruh besar dalam kepemimpinan.
Beberapa hal yang menonjol pada teori bakat adalah kepandaian berbicara,
kemampuan/keberanian dalam memutuskan sesuatu, penyesuaian diri, percaya diri,
kreatif, kemampuan interpersonal dan prestasi yang dapat menjadi bekal dalam
membentuk kepemimpinan sehingga seseorang pemimpin dapat mempengaruhi
bawahannya.
2) Teori
Perilaku
Teori perilaku
kepemimpinan memfokuskan pada perilaku yang dipunyai oleh pemimpin dan yang
membedakan dirinya dari non pemimpin. Menurut teori ini seorang pemimpin dapat
mempelajari perilaku pemimpin supaya dapat menjadi pemimpin yang efektif.
Dengan demikian teori perilaku kepemimpinan lebih sesuai dengan pandangan bahwa
pemimpin dapat dipelajari, bukan bawaan sejak lahir.
3)
Teori Situasi (Contingency)
Teori situasi
mengasumsikan bahwa tidak ada satu gaya kepemimpinan yang paling baik, tetapi
kepemimpinan tergantung pada situasi, bentuk organisasi, kekuasaan atau
otoriter dari pemimpin, pekerjaan yang kompleks dan tingkat kematangan bawahan.
4)
Teori Transformasi
Teori
transformasi mengasumsikan bahwa pemimpin mampu melakukan kepemimpinannya dalam
situasi yang sangat cepat berubah atau situasi yang penuh krisis. Menurut Bass
(Dikutip Gibson, 1997) seorang pemimpin transformasional adalah seorang yang
dapat menampilkan kepemimpinan yang kharismatik, penuh inspirasi, stimulasi
intelektual dan perasaan bahwa setiap pengikut diperhitungkan.
C. Gaya Kepemimpinan
Menurut para ahli, terdapat gaya kepemimpinan yang dapat diterapkan dalam suatu
organisasi antara lain:
a) Gaya
Kepemimpinan Menurut Tannenbau dan Warrant H. Schmitdt
Menurut kedua ahli tersebut, gaya kepemimpinan dapat
dijelaskan melalui dua titik ekstrim yaitu kepemimpinan berfokus pada atasan
dan kepemimpinan berfokus pada bawahan. Gaya tersebut dipengaruhi oleh faktor
manajer, faktor karyawan dan faktor situasi. Jika pemimpin memandang bahwa
kepentingan organisasi harus didahulukan jika dibanding kepentingan pribadi
maka pemimpin akan lebih otoriter, akan tetapi jika bawahan mempunyai
pengalaman yang lebih baik dan menginginkan partisipasi, maka pemimpin dapat
menerapkan gaya partisipasinya.
b) Gaya
Kepemimpinan Menurut Likert
Likert mengelompokkan gaya kepemimpinan
dalam empat sistem yaitu:
1)
Sistem Otoriter-Eksploitatif
Pemimpin tipe ini sangat otoriter, mempunyai kepercayaan yang rendah
terhadap bawahannya, memotivasi bawahan melalui ancaman atau hukuman.
Komunikasi yang dilakukan satu arah ke bawah (top-down).
2)
Sistem Benevolent-Authoritative
Pemimpin
mempercayai bawahan sampai tingkat tertentu, memotivasi bawahan dengan ancaman
atau hukuman tetapi tidak selalu dan membolehkan komunikasi ke atas. Pemimpin
memperhatikan ide bawahan dan mendelegasikan wewenang, meskipun dalam
pengambilan keputusan masih melakukan pengawasan yang ketat.
3)
Sistem Konsultatif
Pemimpin
mempunyai kekuasaan terhadap bawahan yang cukup besar. Pemimpin menggunakan
balasan (insentif) untuk memotivasi bawahan dan kadang-kadang menggunakan
ancaman atau hukuman. Komunikasi dua arah dan menerima keputusan spesifik yang
dibuat oleh bawahan.
4)
Sistem Partisipatif
Pemimpin
mempunyai kepercayaan sepenuhnya terhadap bawahan, menggunakan insentif
ekonomi untuk memotivasi bawahan. Komunikasi dua arah dan
menjadikan bawahan sebagai kelompok kerja.
c)
Gaya Kepemimpinan Menurut Teori X dan Teori Y
Dikemukakan
oleh Douglas Mc Gregor dalam bukunya The Human Side Enterprise (1960), dia
menyebutkan bahwa perilaku seseorang dalam suatu organisasi dapat dikelompokkan
dalam dua kutub utama, yaitu sebagai Teori X dan Teori Y. Teori X mengasumsikan
bahwa bawahan itu tidak menyukai pekarjaan, kurang ambisi, tidak mempunyai
tanggung jawab, cenderung menolak perubahan, dan lebih suka dipimpin daripada
memimpin. Sebaliknya Teori Y mengasumsikan bahwa, bawahan itu senang bekerja,
bisa menerima tanggung jawab, mampu mandiri, mampu mengawasi diri, mampu
berimajinasi, dan kreatif. Dari teori ini, gaya kepemimpinan dibedakan menjadi
empat macam yaitu:
1)
Gaya Kepemimpinan Diktator
Gaya
kepemimpinan yang dilakukan dengan menimbulkan ketakutan serta menggunakan
ancaman dan hukuman merupakan bentuk dari pelaksanaan Teori X.
2)
Gaya Kepemimpinan Autokratis
Pada dasarnya
kepemimpinan ini hampir sama dengan gaya kepemimpinan diktator namun bobotnya
agak kurang. Segala keputusan berada di tangan pemimpin, pendapat dari bawahan
tidak pernah dibenarkan. Gaya ini juga merupakan pelaksanaan dari Teori X.
3) Gaya Kepemimpinan Demokratis
Ditemukan adanya
peran serta dari bawahan dalam pengambilan keputusan yang dilakukan dengan
musyawarah. Gaya ini pada dasarnya sesuai dengan Teori Y.
4)
Gaya Kepemimpinan Santai
Peranan dari
pemimpin hampir tidak terlihat karena segala keputusan diserahkan pada
bawahannya (Azwar dalam Nursalam, 2008: 64)
d)
Gaya Kepemimpinan Menurut Robbet House
Berdasarkan Teori Motivasi pengharapan, Robert House dalam Nursalam
(2002) mengemukakan empat gaya kepemimpinan yaitu:
1)
Direktif
Pemimpin
menyatakan kepada bawahan tentang bagaimana melaksanakan suatu tugas. Gaya ini
mengandung arti bahwa pemimpin selalu berorientasi pada hasil yang dicapai oleh
bawahannya.
2)
Suportif
Pemimpin
berusaha mendekatkan diri kepada bawahan dan bersikap ramah terhadap bawahan.
3)
Parsitipatif
Pemimpin
berkonsultasi dengan bawahan untuk mendapatkan masukan dan saran dalam rangka
pengambilan sebuah keputusan.
4)
Berorientasi Tujuan
Pemimpin
menetapkan tujuan yang menantang dan mengharapkan bawahan berusaha untuk
mencapai tujuan tersebut dengan seoptimal mungkin (Sujak dalam Nursalam, 1990)
e) Gaya
Kepemimpinan Menurut Hersey dan Blanchard
Ciri-ciri kepemimpinan menurut Hersey dan
Blanchard (1997) meliputi:
1)
Instruksi
-
Tinggi tugas dan rendah hubungan
-
Komunikasi sejarah
-
Pengambilan berada pada pemimpin dan peran bawahan sangat minimal
- Pemimpin banyak memberikan pengarahan atau
instruksi yang spesifikserta mengawasi dengan ketat
2)
Konsultasi
-
Tinggi tugas dan tinggi hubungan
-
Komunikasi dua arah
- Peran pemimpin dalam pemecahan masalah dan
pengambilan keputusan cukup besar
3)
Parsitipatif
-
Tinggi hubungan rendah tugas
- Pemimpin dan bawahan bersama-sama member
gagasan dalam pengambilan keputusan
4)
Delegasi
-
Rendah hubungan dan rendah tugas
- Komunikasi dua arah, terjadi diskusi
antara pemimpin dan bawahan dalam pemecahan masalah serta bawahan diberi
delegasi untuk mengambil keputusan
f) Gaya
Kepemimpinan Menurut Lippits dan K. White
Menurut
Lippits dan White, terdapat tiga gaya kepemimpinan yaitu otoriter, demokrasi,
liberal yang mulai dikembangkan di Unversitas Lowa.
1)
Otoriter
Gaya
kepemimpinan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
-
Wewenang mutlak berada pada pimpinan
-
Keputusan selalu dibuat oleh pimpinan
-
Kebijaksanaan selalu dibuat oleh pimpinan
-
Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada bawahan
- Pengawasan terhadap sikap,
tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para bawahan dilakukan secara ketat
-
Prakarsa harus selalu berasal dari pimpinan
- Tidak ada kesempatan bagi
bawahan untuk memberikan saran, pertimbangan atau pendapat
-
Tugas-tugas dari bawahan diberikan secara instruktif
-
Lebih banyak kritik daripada pujian
-
Pimpinan menuntut prestasi sempurna dari bawahan tanpa syarat
-
Pimpinan menuntut kesetiaan tanpa syarat
-
Cenderung adanya paksaan, ancaman dan hukuman
-
Kasar dalam bersikap
-
Tanggung jawab dalam keberhasilan organisasi hanya dipikul oleh pimpinan
2) Demokratis
Kepemimpinan
gaya demokratis adalah kemampuan dalam mempengaruhi orang lain agar besedia
bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, berbagai kegiatan
yang akan dilakukan ditentukan bersama antara pimpinan dan bawahan.
Gaya
kepemimpinan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
-
Wewenang pimpinan tidak mutlak
-
Pimpinan bersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada bawahan
-
Keputusan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan
-
Komunikasi berlangsung timbal balik
-
Pengawasan dilakukan secara wajar
-
Prakarsa datang dari bawahan
- Banyak kesempatan dari bawahan untuk
menyampaikan saran dan pertimbangan
- Tugas-tugas dari bawahan diberikan dengan
lebih bersifat permintaan daripada instruktif
-
Pujian dan kritik seimbang
- Pimpinan mendorong prestasi sempurna para
bawahan dalam batas masing-masing
-
Pimpinan kesetiaan bawahan secara wajar
-
Pimpinan memperhatikan perasaan dalam bersikap dan bertindak
- Tercipta suasana saling percaya saling
hormat menghormati, dan saling menghargai
-
Tanggung jawab keberhasilan organisasi ditanggung secara bersama-sama
3)
Liberal atau Laissez Faire
Kepemimpinan
gaya liberal atau Laisssez Faire adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar
bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan dengan cara berbagai kegiatan dan
pelaksanaanya dilakukan lebih banyak diserahkan kepada bawahan.
Gaya
kepemimpinan ini bercirikan sebagai berikut:
-
Pemimpin melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada bawahan
-
Keputusan lebih banyak dibuat oleh bawahan
-
Kebijaksanaan lebih banyak dibuat oleh bawahan
-
Pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh bawahan
-
Hampir tiada pengawasan terhadap tingkah laku
-
Prakarsa selalu berasal dari bawahan
-
Hampir tiada pengarahan dari pimpinan
-
Peranan pimpinan sangat sedikit dalam kegiatan kelompok
-
Kepentingan pribadi lebih penting dari kepentingan kelompok
-
Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul oleh perseorangan
g) Gaya
Kepemimpinan Berdasarkan Kekuasaan dan Wewenang
Menurut Gillies (1996), gaya kepemimpinan berdasarkan wewenang dan
kekuasaan dibedakan menjadi empat yaitu:
1)
Otoriter
Merupakan
kepemimpinan yang berorientasi pada tugas atau pekarjaan. Menggunakan kekuasaan
posisi dan kekuatan dalam memimpin. Pemimpin menentukan semua tujuan yang akan
dicapai dalam pengambilan keputusan. Informasi yang diberikan hanya pada
kepentiungan tugas. Motivasi dengan reward dan punishment.
2)
Demokratis
Merupakan
kepemimpinan yang menghargai sifat dan kemampuan setiap staf. Menggunakan
kekuatan posisi dan pribadinya untuk mendorong ide dari staf, memotivasi
kelompok untuk menentukan tujuan sendiri. Membuat rencana dan pengontrolan
dalam penerapannya. Informasi diberikan seluas-luasnya dan terbuka.
3)
Partisipatif
Merupakan
gabungan antara otoriter dan demokratis, yaitu pemimpin yang menyampaikan hasil
analisis masalah dan kemudian mengusulkan tindakan tersebut pada bawahannya.
Staf dimintai saran dan kritiknya serta mempertimbangkan respon staf terhadap
usulannya, dan keputusan akhir ada pada kelompok.
4)
Bebas Tindak
Merupakan
pimpinan ofisial, karyawan menentukan sendiri kegiatan tanpa pengarahan,
supervisi dan koordinasi. Staf/bawahan mengevaluasi pekarjaan sesuai dengan
caranya sendiri. Pimpinan hanya sebagai sumber informasi dan pengendalian
secara minimal.
D. Kriteria Pemimpin dalam
Keperawatan yang Efektif
Kepemimpinan yang efektif di RS akan terwujud apabila pemimpin menelaah dengan
sistem yang efektif. Seorang pemimpin yang
efektif adalah seorang
pemimpin yang dapat mempengaruhi orang lain agar dapat bekerja sama
untuk mencapai hasil yang memuaskan bagi terjadinya perubahan yang
bermanfaat. Ada beberapa kepemimpinan yang efektif antara lain menurut :
a)
Ruth M. Trapper (1989 ), membagi menjadi 6 komponen :
1) Menentukan tujuan yang jelas, cocok,
dan bermakna bagi kelompok. Memilih pengetahuan dan ketrampilan
kepemimpinan dan dalam bidang profesinya.
2) Memiliki kesadaran diri dan
menggunakannya untuk memahami kebutuhan sendiri serta kebutuhan orang lain.
3) Berkomunikasi dengan jelas dan efektif.
4) Mengerahkan energi yang cukup untuk kegiatan
kepemimpinan
5) Mengambil tindakan
b)
Hellander ( 1974 )
Dikatakan
efektif bila pengikutnya melihat pemimpin sebagai seorang yang bersama-sama
mengidentifikasi tujuan dan menentukan alternatif kegiatan.
c)
Bennis ( Lancaster dan Lancaster, 1982 )
Mengidentifikasi
empat kemampuan penting bagi seorang pemimpin, yaitu :
1) Mempunyai pengetahuan yang luas dan kompleks tentang
sistem manusia ( hubungan antar manusia ).
2)
Menerapkan pengetahuan tentang pengembangan dan pembinaan bawahan.
3)
Mempunyai kemampuan hubungan antar manusia, terutama dalam mempengaruhi orang
lain.
4)
Mempunyai sekelompok nilai dan kemampuan yang memungkinkan seseorang mengenal
orang lain dengan baik.
d)
Gibson ( Lancaster dan Lancaster,1982 )
Seorang
pemimpin harus mempertimbangkan :
1)
Kewaspadaan diri ( self awarness )
Kewaspadaan diri berarti menyadari bagaimana seorang pemimpin
mempengaruhi orang lain. Kadang seorang pemimpin merasa ia sudah membantu orang
lain, tetapi sebenarnya justru telah menghambatnya.
2)
Karakteristik kelompok
Seorang pemimpin
harus memahami karakteristik kelompok meliputi : norma, nilai - nilai
kemampuannya, pola komunikasi, tujuan, ekspresi dan keakraban kelompok.
3)
Karakteristik individu
Pemahaman
tentang karakteristik individu juga sangat penting karena setiap individu unik
dan masing - masing mempunyai kontribusi yang berbeda.
E. Tugas Kepemimpinan dalan
Keperawatan
Tugas penting
seorang pemimpin di ruang rawat adalah:
a. Selalu siap menghadapi setiap
perubahan. Setiap pemimpin di ruang rawat harus mampu bersikap proaktif dalam
setiap perubahan yang terjadi, berperan dalam setiap aspek kehidupan
berorganisasi, serta mengkaji setiap kemungkinan untuk mengembangkan sesuatu
yang baru serta mampu menanggapi setiap kesempatan sebagai suatu tantangan yang
dapat menghasilkan.
b. Mengatasi konflik yang terjadi sebagai dampak
dari kegiatan, kebijakan, ataupun hubungan yang terkait dengan atasan, bawahan
atau pasien dan keluarganya.
c. Meningkatkan dinamika kelompok diantara bawahan
sebagai upaya pemimpin untuk memotivasi bawahan
d. Meningkatkan komunikasi dengan atasan, bawahan, rekan
sejawat dan konsumen lainnya. Keterbukaan dalam berkomunikasi akan dapat
memperlancar proses pelaksanaan kegiatan sehingga akan mempermudah pencapaian
tujuan.
e. Melatih kekuasaan dan kewenangan yang dimiliki
dengan menerapkan berbagai cara untuk membuktikan bahwa kekuasaan dan
kewenangan itu masih dapat dihargai oleh bawahan.
f. Menggunakan aspek politik untuk
mempengaruhi orang lain, dalam rangka memperlancar pencapaian tujuan.
g. Menatalaksanakan waktu dengan baik.
Penatalaksanaan waktu yang baik mencerminkan pemanfaatan sumber-sumber yang
tersedia digunakan dengan baik pula sehingga produktivitas kerja menjadi
meningkat.
F. Penerapan Kepemimpinan dalam
Keperawatan
Pemberian pelayanan dan asuhan keperawatan merupakan suatu kegiatan yang
kompleks dan melibatkan berbagai individu. Agar tujuan keperawatan tercapai
diperlukan berbagai kegiatan dalam menerapkan keterampilan kepemimpinan.
Menurut Kron, kegiatan tersebut meliputi :
1.
Perencanaan dan Pengorganisasian
Pekerjaan dalam
suatu ruangan hendaknya direncanakan dan diorganisasikan. Semua kegiatan
dikoordinasikan sehingga dapat dikerjakan pada waktu yang tepat dan dengan cara
yang benar. Sebagai seorang kepala ruangan perlu membuat suatu perencanaan
kegiatan di ruangan.
2.
Membuat Penugasan dan Memberi Penghargaan
Setelah membuat
penugasan, perlu diberikan pengarahan kepada para perawat tentang
kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan secara singkat dan jelas. Dalam memberi
pengarahan, seorang pemimpin harus mampu membuat seseorang memahami apa yang
diarahkan dan juga mempunyai tanggung jawab untuk melihat apakah pekerjaan
tersebut dikerjakan dengan benar.
3.
Pemberian bimbingan
Bimbingan
merupakan unsur yang penting dalam keperawatan. Bimbingan berarti menunjukkan
cara menggunakan berbagai metode mengajar dan konseling. Bimbingan yang
diberikan meliputi pengetahuan dan keterampilan dalam keperawatan. Hal ini akan
membantu bawahan dalam melakukan tugas mereka sehingga dapat memberikan
kepuasan bagi perawat dan klien.
4.
Medorong Kerjasama dan Partisipasi
Kerjasama
diantara perawat perlu ditingkatkan dalam melaksanakan keperawatan. Seorang
pemimpin perlu menyadari bahwa bawahan bekerjasama dengan pemimpin bukan untuk
atau dibawah pimpinan. Kerjasama dapat ditingkatkan melalui suasana demokrasi
dimana setiap individu/perawat mengetahui apa yang diharapkan dari mereka, dan
mereka mendapat pujian serta kritik yang membangun. Bawahan perlu mengetahui
bahwa pemimpin mempercayai kemampuan mereka. Hubungan antar manusia yanng baik
dapat meningkatkan kerjasama. Disamping itu setiap individu dalam kelompok
diusahakan untuk berpartisipasi. Hal ini akan membuat setiap perawat merasa
dihargai termasuk bagi mereka yang sering menarik diri atau yang pasif. Partisipasi
setiap perawat dapat berbeda-beda, tergantung kemampuan mereka.
5.
Kegiatan Koordinasi
Pengkoordinasian
kegiatan dalam suatu ruangan merupakan bagian yang penting dalam kepemimpinan
keperawatan. Seorang pemimpin perlu mengusahakan agar setiap perawat mengetahui
kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam suatu ruangan. Hal lain yang perlu
dilakukan adalah melaporkan kepada atasan langsung tentang pencapaian kerja
bawahan. Agar dapat melakukan koordinasi dengan efektif, diperlukan suatu
perencanaan yang baik dan penggunaan kemampuan setiap individu dan
sumber-sumber yang ada.
6.
Evaluasi Hasil Penampilan Kerja
Evaluasi hasil
penampilan kerja dilakukan melalui pengamatan terhadap staf dan pekerjaan
mereka. Evaluasi merupakan proses berkelanjutan untuk menganalisa kekurangan
dan kelebihan staf sehingga dapat mendorong mereka mempertahankan pekerjaan
yang baik dan memperbaiki kekuranngan yang ada. Agar seorang pemimpin dapat
menganalisa perawat lain secara efektif, ia juga harus dapat menilai diri sendiri
sebagai seorang perawat dan seorang pemimpin secara jujur.
Melalui kegiatan-kegiatan ini diharapkan
seorang kepala ruangan dapat melakukan tanggung jawabnya sebagai manajer dan
pemimpin yang efektif. Dalam melaksanakan pelayanan dan asuhan keperawatan,
kepala ruangan sebagai seorang pemimpin bertanggung jawab dalam :
a. Membantu perawat lain
mencapai tujuan yang ditentukan
b. Mengarahkan
kegiatan-kegiatan keperawatan
c. Tanggungjawab atas tindakan
keperawatan yang dilakukan
d. Pelaksanaan keperawatan
berdasarkan standar
e. Penyelesaian pekerjaan
dengan benar
f. Pencapaian
tujuan keperawatan
g. Kesejahteraan bawahan
h. Memotivasi bawahan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kepemimpinan dipandang sebagai suatu proses interaktif yang dinamis yang
mencakup tiga dimensi; pimpinan, bawahan, dan situasi. Masing-masing dari
dimensi tadi saling mempengaruhi misalnya, pencapain tujuan tergantung bukan
karena hanya sifat pribadi dari seorang pemimpin, tetapi juga tergantung dari
kebutuhan bawahan dan bentuk dari suatu keadaan.
B. Saran
Kami menyarankan kepada pembaca agar makalah ini dapat dimengerti dan dipahami
dengan baik, sehingga kita dapat mengetahui tentang model-model kepemimpinan
dalam keperawatan. Agar dapat menjadi pedoman buat kita sebagai perawat.
DAFTAR PUSTAKA
. Swansburg, Russel C.
Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan; alih bahasa, Suharyati Samba; editor, Monica Ester. Jakarta : EGC, 2000
http://nursedc.blogspot.com/2012/03/kepemimpinan-dalam-keperawatan.html
http://nursing-academy.blogspot.com/2011/09/gaya-gaya-kepemimpinan-dalam.html
http://www.scribd.com/doc/35540876/KEPEMIMPINAN
http://vulnus-equatum.blogspot.com/2011/12/kepemimpinan-dalam-keperawatan.html#!/2011/12/kepemimpinan-dalam-keperawatan.html
http://tiparkidul.blogspot.com/2009/05/kepemimpinan-dalam-keperawatan.html
http://www.beri-beri.com/2010/02/kepemimpinan-dalam-keperawatan.html
http://ryrilumoet.blogspot.com/2009/10/manajemen-kepemimpinan-dalam.html
Nursalam. 2008. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam prektik
Keperawatan Profesional Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika
Suarli S dan Bahtiar nYanyan.____. Manajemen Keperawatan dengan
Pendekatan Praktis. Jakarta:
Erlangga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar